Mengapa Hipnoterapi dapat dilakukan untuk terapi pada pasien hipertensi?
Hipertensi adalah masalah kesehatan yang masih menjadi perhatian serius pemerintah Indonesia saat ini. Biasanya pasien harus minum obat dalam waktu yang lama, namun banyak yang belum tahu bahwa pemberian hipnoterapi ternyata telah terbukti secara ilmiah membantu mengendalikan tekanan darah. Menurut berbagai referensi, hal ini dimungkinkan terjadi karena pada saat orang menjalani hipnoterapi, terjadi rangsangan terhadap system pengaktifan retikularis di otak, sehingga saraf otonom memberi respon, yaitu penurunan nadi, tekanan darah dan frekuensi nafas. Modifikasi lain yang mungkin terjadi adalah adanya modulasi atau penguatan impuls, yaitu peningkatan intensitas impuls dari impuls yang lemah/rangsangan yang lemah kemudian diperkuat agar dapat segera sampai ke dalam otak dan segera dipersepsikan untuk terjadi respons atas suatu rangsangan (Budi & Rizal,2010). Pada kondisi yang rileks terjadilah stimulasi gelombang alfa di otak, paru dan sistem pernafaan yang dapat memaksimalkan pengambilan oksigen dari luar, disertai dengan peningkatan efektivitas pemanfaatan dan pertukaran gas didalam jaringan tubuh. Peningkatan oksigen dalam lumen pembuluh darah juga akan menyebabkan turunnya kekakuan dinding pembuluh darah, sehingga melancarkan aliran sirkulasi. Otak yang telah dipengaruhi sugesti akan memerintahkan system saraf pusat secara langsung untuk memberi stimulus pada Reticular Activating System sehingga menurunkan kinerjanya yang mana akan berdampak pada pelepasan serotonin dari sel-sel spesifik di pons dan batang otak yaitu Bulbar Synchronizing Regional (Tarwoto & Wartonah, 2011). Menurut Potter dan Perry, 2005) Saat kondisi klien rileks, membuat aktivasi Reticular Activating System menurun dan Bulbar Synchronizing Regional akan mengambil alih sehingga menyebabkan klien menjadi rilek bahkan tertidur. Dusek & Benson (2009) menambahkan bahwa respon relaksasi erat kaitanya dengan axis Hipothalamus-Pituitary-Adrenal (HPA). Seseorang dalam keadaan relaksasi, axia HPA akan menurunkan kadar kortisol, epineprin dan norepineprin yang dapat menyebabkan penurunan tekanan darah dan nadi. Kadar kortisol dalam darah berefek dalam vasokontriksi pembuluh darah. Penurunan kadar epineprin dan norepineprin dapat menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah. Kadar epineprin dan norepineprin bekerja langsung di reseptor androgenik alfa otot polos vaskular, sehingga menyebabkan vasokonstriksi (Guyton & Hall, 2008). Vasodilatasi pembuluh darah yang disebabkan oleh penurunan kadar epineprin dan norepineprin ini dapat menurunkan tekanan perifer total yang akan menurunkan tekanan darah. Dalam keadaan relaksasi, penekanan aktivitas saraf simpatis akan menghambat sekresi epineprin dan norepineprin yang dapat menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah dimana individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepineprin (Smeltzer & Bare, 2002).
Referensi diambil dari berbagai sumber, data ada pada admin.
2,616 kali dilihat, 1 kali dilihat hari ini