CARA KERJA PIKIRAN
Oleh Hanung Prasetya
Pikiran atau kesadaran manusia juga bisa diibaratkan seperti bawang yang berlapis-lapis. Secara garis besar manusia punya satu pikiran / kesadaran yang terdiri dari dua bagian, yaitu pikiran sadar dan bawah sadar. Pikiran sadar adalah proses mental yang bias dikendalikan dengan sengaja. Pikiran bawah sadar adalah proses mental yang berfungsi secara otomatis sehingga manusia tidak menyadarinya dan sulit untuk dikendalikan secara sengaja.
Gunawan (2005), Crawford (2008), Pekala (2015) dan Lankton (2015) menyatakan bahwa pikiran sadar mempunyai 4 fungsi utama, yaitu: mengenali informasi yang masuk dari panca indra, membandingkan dengan memori yang ada, menganalisa, dan kemudian memutuskan respon spesifik terhadap informasi tersebut. Pikiran sadar terletak di bawah kortek otak. Pada usia sekitar 3 tahun, pikiran sadar mulai aktif. Pikiran sadar adalah bagian otak yang digunakan untuk berfikir atau logika dan hanya mewakili 10% dari kemampuan otak manusia. Saat pikiran sadar terbentuk dan berkembang, maka telah terbentuk suatu pintu pembatas antara pikiran sadar dan bawah sadar. Pembatas ini akan terbuka bila pikiran sadar dibuat sibuk, fokus memperhatikan sesuatu, larut dalam suatu cerita, asyik menonton televisi atau dengan menggunakan hipnosis.
Pikiran bawah sadar berfungsi memproses kebiasaan, perasaan, memori permanen, kepribadian, intuisi, kreativitas, dan keyakinan. Pikiran bawah sadar terbentuk sejak dalam kandungan. Pikiran bawah sadar terletak di bagian otak yang disebut medula oblongata. Sejak lahir hingga berusia tiga tahun, apapun yang terjadi baik positif maupun negatif seperti gambar, kata-kata, tindakan, nada, frekwensi suara manusia, akan langsung diserap dan masuk ke pikiran bawah sadar. Kemampuan pikiran bawah sadar menyerap informasi lebih kuat dibandingkan pikiran sadar. Pengalaman yang paling berkesan yang mempunyai komponen emosi yang tinggi atau intens menjadi informasi yang terekam dengan sangat kuat dalam pikiran bawah sadar (Sadock & Sadock, 2007).
Banyak orang yang sulit berubah meskipun secara sadar mereka sangat ingin berubah, karena apabila terjadi pertentangan keinginan antara pikiran sadar dan bawah sadar, maka pikiran bawah sadar selalu menjadi pemenangnya. Sehingga apabila ingin mengubah kebiasaan, kepribadian, keyakinan yang negatif, mengendalikan emosi, maka yang harus diubah adalah “program pikiran” yang ada di pikiran bawah sadar.
Sebagai contoh, sebagian besar perokok tahu bahwa merokok itu merugikan, bahkan tidak sedikit yang ingin berhenti merokok. Namun para pecandu rokok seolah tidak bisa lepas dari kebiasaan merokok, meskipun segala usaha telah dilakukan. Hal ini terjadi karena pikiran bawah sadarnya selalu menginginkan rokok. Tidak peduli sekuat apapun pikiran sadar berusaha menolak rokok, selama pikiran bawah sadarnya masih suka (baca: terbiasa) merokok, maka berhenti merokok adalah hal yang mustahil. Critical Factor juga melindungi pikiran bawah sadar dari ide, informasi, sugesti atau bentuk pikiran lain yang bisa mengubah program pikiran yang sudah tertanam di bawah sadar (Carmody et al, 2007; Dickson et al, 2012).
Seorang anak yang berusia 0-3 tahun dalam pikirannya belum terbentuk Critical Factor secara baik, sehingga mampu menerima perintah / informasi dari orang lain begitu saja tanpa berpikir panjang. Anak usia 0-3 tahun tidak menyaring informasi/sugesti, apapun yang diterima dari lingkungannya dianggap sebagai sesuatu yang benar. Usia ini adalah fase kritis dalam pertumbuhan anak. Jika orang tua banyak memberikan perintah/informasi yang positif, maka anak akan tumbuh menjadi anak yang cerdas dan sukses, begitu sebaliknya. Seiring bertambahnya usia maka critical Factor akan terbentuk dan semakin menguat hingga dewasa.
Ketika manusia sudah dewasa dan dalam kondisi sadar, critical factor akan menghalangi afirmasi atau sugesti yang ingin ditanamkan ke pikiran bawah sadar. Sugesti yang diucapkan dalam kondisi sadar terhalang oleh critical factor, sehingga efeknya sangat kecil atau bahkan tidak ada sama sekali karena ditolak oleh critical factor. Misalnya, seorang perokok yang sudah 20 tahun merokok mengatakan pada dirinya “Saya mau berhenti merokok sekarang”, maka critical factornya mengkritik dengan kata-kata yang terdengar dalam hati “Walah kamu mana bisa berhenti merokok, kamu sudah terlalu lama merokok, apa kamu mampu meninggalkan rokok?, omong kosong, kamu dulu juga sudah pernah mau berhenti merokok tapi nyatanya gagal.” Hasilnya, kemauan untuk berhenti merokok itu menjadi lemah dan menjadikan tidak berdaya untuk berhenti merokok (Dickson et al, 2012).
Saat melakukan hipnosis, yang terjadi adalah mem-by-pass critical factor subjek (orang yang dihipnosis) dan langsung berkomunikasi dengan pikiran bawah sadar subjek. Hasilnya bisa memprogram ulang pikiran subyek seperti berbicara pada anak usia 0-3 tahun. Hampir-hampir tidak ada perlawanan dalam diri subyek selama sugesti yang diberikan tidak merugikan subyek. By-pass di sini bukan sebagai suatu bentuk manipulasi. Penembusan critical factor ini dilakukan dengan suatu teknik induksi. Induksi bisa dilakukan dengan cara membuat pikiran sadar subjek dibuat sibuk, lengah, bosan, bingung (tidak memahami) atau lelah sehingga pintu gerbang menuju pikiran bawah sadar, yaitu critical factor terbuka atau tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Karena critical factor terbuka atau pengawasannya lemah maka sugesti akan langsung menjangkau pikiran bawah sadar. Critical factor menjadi tidak aktif ketika berada dalam kondisi hipnosis. Maka dari itu, semua sugesti – selama tidak bertentangan dengan sistem kepercayaan dan nilai -nilai dasar yang dianut seseorang akan diterima oleh pikiran bawah sadar sebagai kebenaran, kemudian disimpan sebagai program pikiran. Program pikiran yang sudah ditanamkan melalui sugesti dalam kondisi hipnosis, akan menjadi pemicu perubahan yang permanen. Menurut Desen (2008) di bawah pengaruh hipnosis, korteks serebri mengalami inhibisi kuat, sehingga daya identifikasi, analisis, pengambilan keputusan terhadap stimuli baru menurun, pengalaman masa lalu tidak dapat dimanfaatkan, akibatnya kata-kata sugestif menjadi kekuatan dominan yang tidak dapat ditolak. Pada kondisi hipnosis melalui arahan aktif, kondisi dan perilaku pasien baik psikis maupun faal dapat dikendalikan, sehingga dapat melenyapkan atau menyembuhkan hambatan psikis atau faal yang dialami pasien. Namun demikian respon pasien juga diperkuat oleh kemampuan pendekatan yang dilakukan oleh hypnotist / terapis (Sheenan PW,1980).
Keterangan: Sumber referensi ada pada penulis.
6,458 kali dilihat, 3 kali dilihat hari ini