MANUSIA (SEHARUSNYA) ADALAH CIPTAAN YANG SEMPURNA ?>

MANUSIA (SEHARUSNYA) ADALAH CIPTAAN YANG SEMPURNA

Sebagai makhluk ciptaan Tuhan, manusia dikaruniai kelebihan dibanding ciptaanNya yang lain. Manusia memiliki akal yang digunakan untuk berpikir. Melalui kemampuan menggunakan akal untuk berpikir inilah yang membuat peradaban manusia terus mengalami evolusi dimulai dari peradaban kuno hingga peradaban modern seperti sekarang.

Sayangnya, seiring peradaban yang mengalami evolusi dan zaman yang menjadi semakin modern, tidak diimbangi dengan evolusi sikap manusia itu sendiri. Parahnya lagi, semakin kedepan justru sikap manusia semakin mengarah pada sikap seolah bukan manusia. Tengok saja akhir – akhir ini kriminalitas semakin merajalela, mulai dari kriminalitas ringan seperti bullying hingga kriminalitas tingkat berat seperti pembunuhan dan perkosaan sekaligus pembunuhan.

Banyak para pakar meneliti hal ini dan beradu argumen yang menyatakan bahwa hal ini terjadi karea pengaruh eksternal seperti televise, internet, pergaulan bebas dan sebagainya, namun tidak banyak orang yang menyadari bahwa ini sebenarnya bukan karena pengaruh siapa dan apa, melainkan karena adanya pergeseran – pergeseran nilai.

Sambil anda disana, dan membaca sampai disini, ijinkan saya mengajak anda untuk flashback ke masa lalu. Mari ingat – ingat kembali bagaimana pola asuh orang tua terdahulu. Tentunya sangat berbeda bukan dengan yang sekarang? Bahkan ada sebuah istilah yang disebut dengan Hedonisme yakni suatu paham yang mengutamakan mencari nikmat sebanyak – banyaknya. Akibat dari semua ini berimbas pada pola asuh dan pendidikan anak.

Beberapa waktu lalu saya menangani seorang klien, sebut saja namanya “Iwan” (bukan nama asli). Setelah mengetahui root cause / penyebab iwan memiliki sikap yang bias dibilang mengelami penyimpangan, itu karena kurangnya edukasi dari lingkungan internalnya. Iwan adalah anak dari seorang pengusaha workaholic (pecandu kerja) dimana ktika bekerja orang tuanya iwan sering kali lupa waktu sehingga iwan jarang dapati perhatian, sehingga lama kelamaan berimbas pada iwan mendapatkan itu dari lingkungan yang tidak seharusnya. Kebiasaan workaholic ini tentu membuat terjadinya penurunan frekuensi komunikasi antara orang tua dan anak. Membahas tentang komunikasi saya jadi teringat bahwa Dale Carnigie dalam bukunya “How To Win Friend And Influence People” menceritakan kisah seorang Theordore Rooseveltyang mengatakan bahwa senjata yang paling dahsyat itu bukanlah nuklir, bukan pula bom atom, tetapi adalah komunikasi. Mengapa komunikasi menjadi senjata begitu dahsyat, karena dengan komunikasi yang baik, kita dapat menghindari adanya pertumpahan darah, menghindari saling menyakiti dan melukai, serta menghindari adanya perpecahan. Maka jalan untuk mengembalikan seseorang menjadi ciptaan yang sempurna adalah melalui edukasi dengan komunikasi yang baik.

Selanjutnya adalah pergeseran nilai spiritual. Sejatinya, manusia diciptakan untuk membawa kebaikan dimuka bumi ini. Namun yang terjadi adalah sejak dini (pada usia emas 0 – 5 tahun), seorang anak lebih diperkenalkan dengan gadget berteknologi canggih dibandingkan dengan mengajarkan nilai nilai spiritual ini. Lama kelamaan ini berimbas pada kehidupan spiritualnya di masa yang akan datang. Maka mari ajarkan nilai spiritual. Mungkin bagi sebagian orang bahwa mengajarkan nilai spiritual ini sudah terlambat, tetapi bukankah lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali?

Kemudian pergeseran nilai perjuangan. Saya masih ingat betul sewaktu kecil dahulu pernah menjaja es lilin berkeliling kampung, dan pernah juga bekerja di industri meuble untuk mendapatkan uang. Karena pengalaman kecil tersebut yang membuat saya terlatih untuk berusaha dan berjuang untuk dapati seseuatu yang saya inginkan. Berbeda dengan jaman sekarang yang lebih banyak menyediakan semuanya secara instan disbanding mengajarkan nilai perjuangan ini. Ketika seseorang memperoleh sesuatu dengan jerih payahnya, dengan titik keringatnya, serta dengan usahanya, maka orang akan lebih menghargai semua itu disbanding hanya diberikan begitu saja. Maksud saya menulis tulisan ini bukan untuk menyalahkan bahwa memberikan begitu saja adalah hal yang tidak baik, tetapi ingin menyampakan pentingnya nilai perjuangan untuk dapati dimiliki setiap orang.

Dan terakhir adalah pergeseran nilai tujuan investasi pendidikan. Nah, ini dia yang paling menarik. Coba saja tengok kanan dan kiri anda. Cobalah tengok sekarang!. Pasti anda akan melihat seorang lulusan sarjana yang menganggur dan belum dapati pekerjaan. Bahkan parahnya adalah tidak sedikitjuga yang sudah lulusan yang lebih dari sekedar sarjana namun belum juga bekerja. Pertanyaanya, mengapa ini bisa terjadi? Ini karena kebanyakan orang menempuh pendidikan tinggi mempunyai tujuan adalah untuk mendapatkan pekerjaan, dan hanya sedikit yang memiliki pemikiran bahwa lulus dari sarjana adalah untuk mempekerjakan orang. Ini yang harus kita pahami bersama. Coba saja hitung, jika dari awal menempuh pendidikan kesarjanaan saja hingga akhir menghabiskan dana lebih dari 100 juta rupiah, dan jika gaji menjadi pekerja hanya senilai 2 juta rupiah maka butuh waktu 50 bulan untuk mencapai Break Event Point (BEP) / balik modalnya. Ini yang harus kita pahami bersama. Saya jadi teringat kata guru saya dulu, beliau berkata bahwa beliau saja yang lulusan SMA mampu berpenghasilan dengan nominal yang pantas, maka seharusnya yang lebih tinggi pendidikannya dibanding beliau mampu berpenghasilan bukan hanya pantas, tetapi fantastis. Ya kan?

Pada akhirnya, saya melalui tulisan ini, ingin mengajak pembaca untuk kembali sadari bahwa “hidup ini hanya sekali”. Karena hidup ini hanya sekali maka jangan sia-siakan hidupmu untuk sesuatu yang tidak bermanfaat. Jika ciptaanNya yang lain saja seperti tumbuhan dapat memberikan manfaat seperti menyediakan sumber oksigen bagi manusia dan sumber makanan bagi manusia, serta hewan yang bermanfaat sebagai sumber makanan kaya nutrisi dan protein dan juga sebagai sarana mempermudah manusia, maka seharusnya manusia dapat memberikan manfaat yang lebih baik lagi karena manusia (seharusnya) adalah ciptaan yang sempurna. Bukan begitu?

 

Salam hangat.

Rizali Anshar, M.NLP, C.Fi, C.I

International Lisenced Master Practiioner of NLP, Approved by Dr. Richard Bandler & The Society of NLP, USA

2,758 kali dilihat, 1 kali dilihat hari ini